AMBON,N25NEWS.id-Upaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Alam (SDM) yang unggul yang maju dihadapkan pada persoalan balita stunting yang prevalensinya masih tinggi yaitu,72 persen.Olehnya,melalui peraturan presiden no 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.Maka, pemerintah telah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Hal itu disampaikan kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku,Sarles Brabar,SE.MSi,dalam sambutannya pada kegiatan KKN Tematik Percepatan Penurunan Stunting,Ambon,Rabu (7/4).
Lebih lanjut, Sarles Brabar mengatakan,target pembangunan berkelanjutan di tahun 2030 berdasarkan capaian di tahun 2024.Olehnya, berdasarkan Lima Pilar Percepatan Penurunan Stunting,telah disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk mendorong dan menguatkan konvergensi antar program melalui pendekatan keluarga beresiko stunting.
Karena itu, diperlukan peran berbagai pihak untuk mencapai target tersebut.Karena untuk provinsi Maluku tahun 2021 prevalensi balita stunting adalah 28,7 persen.Meskipun,telah berhasil diturunkan,namun angka prevalensi stunting pada balita di Maluku masih tinggi diatas rata-rata nasional.
Dimana, prevalensi stunting pada balita yang tertinggi di Seram Bagian Barat (SBB),yakni 41,9 persen dan terendah di Maluku Tenggara (Malra) 21,6 persen, sementara Kota Ambon, prevalensi stunting pada balita 21,8 persen.
Dijelaskan Sarles Brabar, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Selain itu, stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak anak.
Adapun, mahasiswa sebagai generasi muda,adalah ujung tombak garda terdepan bangsa diharapkan bisa menjadi penyuluh pada saat dilapangan untuk memberikan penyuluhan stunting.Yang mana program-program diimplementasikan dengan melakukan pembinaan penyuluhan pembinaan KB, ditengah-tengah masyarakat serta dapat menurunkan angka stunting di seluruh tanah air.
“Salah satu strategi kita (BKKBN) dalam penurunan stunting adalah dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata atau KKN Tematik,”ujar Sarles Brabar.
KKN Tematik sendiri merupakan program Pendidikan Kependudukandi jalur formal dan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui optimalisasi sumber daya pangan lokal yang sehat dan padat gizi,khusus bagi keluarga beresiko stunting yaitu ibu hamil,ibu menyusui,keluarga yang memiliki baduta,balita serta Calon pengantin ( CATIN).
“