AMBON,N25NEWS.id-Tidak ada satupun orang di dunia ini tak menginginkan anaknya lahir cacat atau tidak normal.Semua pasti menginginkan anak yang dilahirkan sempurna dan tidak bercacat.Keinginan ini dapat terwujud ketika bayi yang masih dalam kandungan itu sudah harus mendapat perhatian serius.
Hal tersebut dikatakan Kepala BKKBN Provinsi Maluku,Sarles Brabar,SE,M.Si,dalam sambutannya pada acara Launching Dashat dan Pendidikan Edukasi Kependudukan di Kampung KB, yang dilaksanakan di Kelurahan Kudamati Ambon,Rabu (2/3/2022).
Lebih lanjut, Sarles Brabar mengatakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan maju dihadapkan pada persoalan balita stunting yang prevalensinya masih tinggi yaitu 27 persen.Oleh karena itu pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting yang menargetkan penurunan prevalensi stunting 14 persen di tahun 2024 dan target pembangunan berkelanjutan di tahun 2030 berdasarkan capaian di tahun 2024.
Berdasarkan lima pilar percepatan penurunan stunting,telah disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk mendorong dan menguatkan konvergensi antar program melalui pendekatan keluarga berisiko stunting.
Dalam RPJMN 2020-2024, pemerintah telah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada tahun 2024. Diperlukan peran berbagai pihak untuk mencapai target tersebut, untuk Provinsi Maluku tahun 2021 prevalensi balita stunting adalag 28,7 persen (SSGI,2021).
Meskipun telah berhasil diturunkan, namun angka prevalensi stunting pada balita di Provinsi Maluku masih tinggi diatas rata-rata Nasional. Prevalensi Stunting pada balita yang tertinggi di Kabupaten Seram Bagian Barat = 41,9 persen,dan terendah di Maluku Tenggara = 21,6 persen, sementara di Kota Ambon Prevalensi Stunting pada balita = 21,8 persen.
Olehnya,kata Sarles Brabar, dalam membangun ketahanan keluarga secara utuh di berbagai bidang Kesehatan, bidang ekonomi, pendidikan anak dan kebahagiaan keluarga, mulai dari penangan gizi, kualitas sanitasi, kualitas lingkungan,akses pendidikan, kesehatan sampai juga tercapainya sumber pendapatan yang merupakan pilar kesejahteraan dan ketahanan keluarga.
Sebagaimana yang disampaikan Presiden di awal tahun pembukaan Rakernas BKKBN bahwa yang dibutukan sekarang ini adalah yang ada di lapangan, karena operasionalnya secara langsung menyentuh masyarakat.
Adapun,Program-program diimplementasikan dengan melakukan pembinaan, penyuluhan, pelayanan KB di tengah-tenagh masyarakat serta dapat mewujudkan Kampung Keluarga Berkualitas di seluruh penjuru tanah air, mewujudkan keluarga yang berkualitas, mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera.
Selain itu,salah satu strategi BKKBN dalam penurunan stunting adalah dengan kegiatan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT).
Konsep Dashat mengedepankan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan Kualitas gizi masyarakat melalui optimalisasi sumber daya pangan lokal yang sehat dan padat gizi khusu bagi keluarga beresiko stunting yaitu, ibu hamil, ibu menyusui, keluarga yang memiliki Baduta/Balita, serta calon pengantin (CATIN).
Karena itu,diharapkan kegiatan ini dapat dilaksanakan di tingkat desa/ kelurahan dengan kolaborasi antara pemerintah desa, PKK, Kader PPKBD/Sub PPKBD, termasuk tenaga kesehatan/gizi, mahasiswa dan para akademisi sebagai pendamping, keberadaan Dashat di Kampung KB, ini juga tidak terlepas dari peranan Pokja Kampung KB.
“Dan hari ini sebagai bukti nyata dari intervensi percepatan penurunan stunting kita, sekaligus launching Dashat di Kampung KB Kudamati, yang merupakan Kolaborasi antara Pemerintah Kota Ambon, TP PKK Kota Ambon, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Ambon serta pem erinta Desa Kudamati,”jelasnya.
“Untuk itu,kami berharap juga agar kegiatan ini merupakan pendampingan berkelanjutan dalam rangka pemenuhan Gizi bagi Keluarga beresiko Stunting.Sehingga tidak ada lagi bayi-bayi yang lahir stunting di Kudamati bahkan secara umum di Kota Ambon,”tandasnya.