Gelar Focus Group Discussion,FPII Maluku Harapkan Literasi Media Perteguh Nasionalisme Pemuda

by
by

AMBON,N25NEWS.id – Nasionalisme merupakan sebuah sikap yang harus dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,termasuk di era digital saat ini. Dimana, literasi media diperlukan untuk dapat memupuk sikap tersebut.

Hal tersebut dikatakan Sekretaris Wilayah (Sekwil) Forum Pers Independen Indonesia (FPII) Maluku,Farul Kaisupi kepada wartawan disela-sela kegiatan diskusi Literasi Media yang berlangsung di Manise Hotel Ambon,Rabu (3/11/2021).

Lebih lanjut menurutnya,fenomena maraknya penyebaran paham radikal di ruang digital terjadi karena masyarakat merasa kehadiran ruang digital bukan merupakan bagian dari realitas.Namun,sebaliknya perlu disadari penuh bahwa di era digital tentu nilai-nilai dari nasionalisme harus ditanamkan melalui literasi digital.

 

Selain itu,kata Kaisupi,kegiatan literasi media ini tentunya memiliki target tersendiri,yakni dengan melibatkan awak media di Maluku,selain sebagai peserta namun juga dapat menyampaikan dan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui berita-berita yang sudah melalui tahap verifikasi.

“Kita tentu berharap kepada teman-teman OKP maupun mahasiswa agar sebelum mensher berita harus melalui tahap verifikasi dan juga kepada wartawan sebelum menyampaikan berita harus di pastikan sudah di verifikasi agar berita berimbang,”ujar Kaisupi.

Disini peran penting literasi digital. Forum Pers Independen Indonesia Sewtil Maluku berupaya membuka ruang dan memberikan pemahaman apa yang dilakukan secara fisik yang terefleksikan juga saat beraktivitas di ruang digital.

Berdasarkan hasil studi RAND Europe tentang radikalisme di ruang digital, terdapat beberapa wawasan menarik yang menunjukan sisi negatif ruang digital yang dapat mengancam pertumbuhan nasionalisme. Pertama, ruang digital beserta karakteristiknya dapat digunakan untuk memfasilitasi penyebaran konten-konten yang menghambat pertumbuhan nasionalisme.

 

Kedua, ruang digital bertindak sebagai echo chambers sehingga memudahkan konten radikalisme untuk menemukan target yang sesuai. Ketiga, ruang digital memungkinkan terjadinya percepatan radikalisasi.

FPII Setwil Maluku menghemat, di era digital tentunya nilai-nilai nasionalisme harus ditanamkan melalui literasi digital, agar masyarakat bisa menjadikan pancasila sebagai pembatas dari pemahaman yang menggerus kedaulatan negara. Pemerintah melalui Kominfo memiliki empat kerangka literasi digital, salah satunya digital culture, yang mengajarkan mengenai wawasan kebangsaan di ruang digital.

Ada empat kerangka literasi digital, yakni digital skill, digital ethics, digital safety. Dalam digital culture yang tingkatkan kemampuan individu masyarakat dalam membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila, serta Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

1. Pengetahuan dasar akan Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan berbudaya, berbangsa, dan berbahasa Indonesia;
2. Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai pancasila pada mesin telusur;
3. Pengetahuan dasar mengetahui pentingnya multikulturalisme dan kebhinekaan, serta memahami cara melestarikan bahasa daerah, seni, dan budaya dalam ruang digital;
4. Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku mencintai produk dalam negeri, serta memahami hak atas akses kebebasan berekspresi dan hak atas kekayaan intelektual di dunia digital.

Sementara itu,di tempat yang sama Ketua AJI Kota Ambon,Tajudin Buano mengatakan,literasi media ini mempunyai kolaborasi positif,dimana media sebagi ruang untuk mendapatkan mendapatkan informasi yang tentunya menjadi konsumsi publik.

Dikatakannya,pemuda sebagai organ yang vital dalam mengkonsumsi berita,tentu harus kritis dan harus dapat menganalisis,menelaa isi berita sebelum disampaikan kepada masyarakat dan orang lain.

“Apalagi di era digital seperti ini kita tau bahwa setiap hari itu ada berita hoax.Dimana sebuah informasi yang tadinya tidak benar tapi seolah-olah dibenarkan bahkan berita itu tidak disaring dan hanya membagikan saja,”ujar Buano.

Oleh karena itu,perlu pemuda dalam dalam meningkatkan kualitas berita harus meningkatkan literasi,sehingga dapat mampuh memilah mana informasi yang benar dan mana informasi yang salah.

Adapun,peran AJI dalam peningkatan literasi media terutama kapasitas jurnalistik,maupun masyarakat umum AJI selalu melakukan pelatihan,bahkan bulan ini saja AJI Ambon sudah melakukan 2 pelatihan yang temanya sama terkait dengan media digital yang sasarannya pemuda dan mahasiswa untuk belajar bagaimana cara kerja media.

“Untuk itu kita harapkan kawan-kawan pemuda dan mahasiswa ini mampu menjadi pengguna media yang cerdas dimana harus mempunyai nalar kritis terhadap sebuah informasi,sehingga dapat kembali disampaikan kepada masyarakat itu adalah informasi yang bermanfaat bukan informasi yang justru menghasut atau terjadinya ujaran kebencian dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat kita Indonesia maupun Maluku pada khususnya,”tandasnya.

Untuk diketahui kegiatan Literasi Media ini dibuka oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Ambon,Richard Luhukay serta pemateri yakni,Azis Tunny Praktisi media dan juga wartawan senior,Ketua AJI Kota Ambon,Abdul Rauf Ketua FKPT,dari akademisi Farham Suneth dan unsur organisasi kepemudaan,wartawan serta pelaku usaha kreatif.(**)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *