Walikota Ambon : Eksitensi Budaya Lokal Harus Tetap Dipertahankan

by
by

AMBON,N25NEWS.COM – Dengan derasnya arus globalisasi dikhawatirkan budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan mulai terkikis sedikit demi sedikit. Budaya asing kini kian mewabah dan mulai mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna. Agar eksistensi budaya lokal tetap kukuh, maka diperlukan upaya mempertahankan budaya lokal. demikian kata Walikota Ambon, Richard Louhenapessy pada acara Festival Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (FPPM) bertajuk Anugerah Talenta “Talenta Unika Soegijapranata untuk Indonesia”, yang digelar oleh Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Semarang. Ini merupakan acara puncak dari penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan Unika Soegijapranata di Kota Ambon, Selasa (28/12).

Dalam sambutannya saat puncak acara FPPM tersebut, Walikota Ambon, Richard Louhenapessy, mengatakan, pada era globalisasi seperti sekarang ini sangat berpengaruh terhadap segala aktifitas kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah bidang pendidikan dan kebudayaan. Salah satu kekuatan utama dalam bidang pendidikan dan kebudayaan adalah masalah identitas/jati diri bangsa.

Oleh karena itu, jati diri bangsa adalah sesuatu yang harus mati-matian dilestarikan. Jangan sampai jati diri bangsa ini lama-kelamaan terdistorsi seiring dengan derasnya informasi dan kemajuan teknologi dari luar.

Menurut Walikota, fenomena pengglobalan dunia harus disikapi dengan arif dan positive thinking, karena globalisasi dan modernisasi sangat diperlukan dan bermanfaat bagi kemajuan. Namun tidak boleh lengah dan terlena, karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh negatif yang akan merusak budaya bangsa. “Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah kita tidak mau ketinggalan dalam IPTEK dengan negara-negara lain. Akan tetapi perlu kecerdasan dalam menjaring dan menyaring efek globalisasi,”ujarnya.

Dikatakannya, akses kemajuan teknolgi informatika dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal. Dengan munculnya era globalisasi ini, maka semakin disadari pula pentingnya mempertahankan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. “Harus diakui, aktor utama dalam proses globalisasi masa kini adalah negara-negara maju. Mereka berupaya mengekspor nilai-nilai lokal di negaranya untuk disebarkan ke seluruh dunia sebagai nilai-nilai global. Mereka dapat dengan mudah melakukan itu karena mereka menguasai arus teknologi informasi dan komunikasi lintas batas negara-bangsa. Sebaliknya, pada saat yang sama, negara-negara berkembang seperti negara kita tak mampu menyebarkan nilai-nilai lokalnya karena daya kompetitifnya yang rendah. Akibatnya, negara-negara berkembang hanya menjadi penonton bagi masuk dan berkembangnya nilai-nilai negara maju yang dianggap nilai-nilai global ke wilayah negaranya,”tandasnya.

Bahkan dikatakannya, fenomena anak usia sekolah yang senang dengan budaya modern misalnya medsos, menjadikan kewaspadaan untuk mengangkat dan melestarikan budaya lokal agar menjadi bagian integratif dalam pelajaran muatan lokal pengetahuan tradisional di sekolah dasar pada 4 negeri di kota Ambon.

“Dengan mengintegrasikan budaya lokal ke dalam pelajaran muatan lokal di sekolah, diharapkan jati diri bangsa dan negeri adat akan tetap lestari. Upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia melalui budaya lokal, termasuk di dalamnya penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan rasa cinta tanah air dirasakan semakin memudar. Pudarnya budaya bangsa disebabkan oleh banyak faktor,”ungkapnya

Walikota mengungkapkan dalam kenyataannya di dalam struktur masyarakat terjadi ketimpangan sosial, baik dilihat dari status maupun tingkat pendapatan. Kesenjangan sosial yang semakin melebar itu menyebabkan orang kehilangan harga diri. Budaya lokal yang lebih sesuai dengan karakter bangsa semakin sulit dicernakan, sementara itu budaya global lebih mudah merasuk. Budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh suatu wilayah dan mencerminkan keadan sosial di wilayahnya. Beberapa hal yang termasuk budaya lokal pengetahuan tradisional yang akan diajarkan diantaranya adalah sejarah negeri, struktur sosial masyarakat, benda budaya, ritual adat, kesenian daerah dan kepemimpinan negeri serta segala sesuatu yang bersifat kedaerahan.
“Pengintegrasian budaya lokal pengetahuan tradisional ke dalam pelajaran muatan lokal sungguh amat penting. Hal ini dilakukan dalam upaya penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal dan juga sekaligus untuk meminimalisir pengaruh negatif budaya luar khususnya budaya barat yang dibawa oleh globalisasi,”tuturnya.

Pembangunan budaya yang berkarakter untuk penguatan jati diri sebagai local wisdom, menurutnya, dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan strategi dalam pelestarian dan pengembangan budaya lokal pada negeri-negeri adat (Negeri Soya, Negeri Latuhalat, Negeri Hutumuri, dan Negeri Laha) di kota Ambon. Upaya memperkuat jati diri daerah dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai budaya lokal dalam pelajaran muatan lokal pengetahuan tradisional di sekolah dasar mulai dari kelas tinggi yaitu kelas 4, 5 dan 6.

“Penelitian yang terkait dengan sejarah lokal pada beberapa negeri adat di kota Ambon telah dimulai dari tahun 2012 sampai sekarang, yang mana hasil penelitian tersebut sangat bermanfaat bagi Pemerintah dan Masyarakat Kota Ambon dan telah dibuat dalam dokumen yang sangat berharga sebagai bahan Kajian kurikulum dan bahan ajar Muatan Lokal tentang Pengetahuan Tradisional pada beberapa sekolah dasar pada negeri adat di kota Ambon,”jelasnya..

Dijelaskannya, dengan adanya pengetahuan tradisional sebagai pelajaran muatan lokal, maka nilai-nilai, benda dan simbol-simbol kedaerahan mulai diperkenalkan dan dilestarikan bagi anak-anak kita saat ini, karena pengetahuan tradisional biasanya diturunkan dari generasi ke generasi. Pengetahuan yang melekat pada individu menjadikan pengetahuan tradisional sangat tergantung pada ingatan dan keberadaan individu yang memiliki pengetahuan tersebut oleh karena itu pengetahuan tersebut mudah hilang.

“Kekayaan pengetahuan tradisional merupakan social capital yang ada di negeri-negeri adat di kota Ambon, harus dilestarikan agar dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya, sebagai identitas dan karakteristik masyarakat lokal kota Ambon dan juga merupakan bagian dari identitas dan karakteristik masyarakat Indonesia. Oleh karena itu upaya pelestarian merupakan kewajiban seluruh pihak, termasuk bidang Pendidikan/sekolah yang merupakan pusat informasi dan pusat pembelajaran sepanjang hayat bagi masyarakat,”tandasnya.

Louhenapessy mengungkapkan, beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 27 Mei 2021, tim peneliti yang terdiri dari para dosen Unika Soegijapranata yang diketua oleh DR. Yustina Trihoni Nalesti Dewi, SH, M.Hum telah menyerahkan kepadanya selaku Walikota Ambon, hasil penelitian berupa sebuah rancangan peraturan daerah yang mengatur tentang desa adat atau dalam bahasa/istilah orang Ambon adalah Negeri.

“Apa yang dilakukan oleh UNIKA Soegijapranata menjadi bukti bahwa penelitian atau riset adalah karakter utama perguruan tinggi untuk menemukan hal-hal baru baik di bidang teknologi, sains, maupun sosial. Pendidikan dan penelitian merupakan aktivitas yang pasti dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi di dunia. Namun ada hal menarik dan unik yang menjadi karakter perguruan tinggi di Indonesia yang tidak ditemukan pada perguruan tinggi di belahan dunia manapun, yaitu pengabdian masyarakat. Dengan karakter ini segenap elemen di perguruan tinggi tidak boleh disibukkan dengan mengurus dirinya sendiri. Tetapi, juga harus ada sikap peduli terhadap kondisi dan realitas masyarakat,”runutnya.

Dia menerangkan, keberhasilan kampus tidak hanya dilihat dari ilmu dan teknologi yang berkembang dengan pesatnya di dalam kampus. Akan tetapi juga dilihat sejauh apa teknologi dan sains itu bisa diaplikasikan kepada masyarakat. Masyarakat merasakan manfaatnya sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat itu sendiri.
“Oleh karena itu saya juga ingin memberikan apresiasi atas terselenggaranya Festival Penelitian dan Pengabdian Masyarakat : Talenta UNIKA Soegijapranata untuk Indonesia. Saya percaya ada begitu banyak ‘talenta’ di UNIKA Soegijapranata, dan sikap yang benar adalah bagaimana memperlakukan talenta itu yaitu dengan cara “mengembangkan atau memperlabakan talenta yang ada dan bukan menyimpan/menyembunyikan”,”tutupnya.

Pada kesempatan itu, Walikota atas nama Pemerintah Kota Ambon mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Rektor dan seluruh Civitas Akademika Unika Soegijapranata yang telah melaksanakan berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat di Kota Ambon. Walaupun keberadaan Unika Soegijapranata di Semarang, Jawa Tengah tidak membuat mereka kehilangan kepekaan untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakat di Kota Ambon yang berjarak kurang lebih 2000 Km dari Semarang. Ucapan terima kasih yang sama juga kepada Rektor dan para civitas akademika Universitas Pattimura yang juga turut berpartisipasi selama ini. (dd)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *