N25NEWS.id – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo menyebut angka kelahiran atau fertility rate mengalami penurunan sangat signifikan di Indonesia.
Penurunan mencapai angka ideal 2,18 dalam satu dekade belakangan ini.
Namun demikian, dia menargetkan agar setiap pasangan suami istri melahirkan paling tidak satu anak perempuan.
Sehingga, regenerasi akan terus berjalan pada masa mendatang.
“Kami punya target 1 perempuan rata-rata melahirkan 1 anak perempuan. Oleh karena itu BKKBN menargetkan anaknya kalau bisa 2,1 jangan hanya 2.”
“Karena kalau anaknya dua lebih dikit maka hampir dipastikan 1 perempuan akan melahirkan anak 1 perempuan,” ujar Hasto di Hotel Santika, Semarang, Kamis (27/6/2024) malam.
Dia mengakui menurunan itu mencapai angka ideal karena dua anak yang dilahirkan akan menggantikan orang tuanya.
Apalagi mengingat tahun 1970 angka kelahiran sangat tinggi yakni 5,6 sehingga satu pasangan melahirkan 6-9 anak.
“Jadi selama beberapa puluh tahun terakhir ini penurunannya sangat progresif.
Dulu angka kelahiran atau total vertility rate itu 5,6 pada tahun 70.” “Karena waktu itu anaknya ya 6, 7, 8, 9 nah sekarang ini 2,18,” bebernya. Sementara itu di Pulau Jawa angka kelahiran sudah menurun hingga 2,0.
“Karena kalau anaknya dua lebih dikit maka hampir dipastikan 1 perempuan akan melahirkan anak 1 perempuan,” ujar Hasto di Hotel Santika, Semarang, Kamis (27/6/2024) malam.
Dia mengakui menurunan itu mencapai angka ideal karena dua anak yang dilahirkan akan menggantikan orang tuanya.
Apalagi mengingat tahun 1970 angka kelahiran sangat tinggi yakni 5,6 sehingga satu pasangan melahirkan 6-9 anak.
“Jadi selama beberapa puluh tahun terakhir ini penurunannya sangat progresif. Dulu angka kelahiran atau total vertility rate itu 5,6 pada tahun 70.”
“Karena waktu itu anaknya ya 6, 7, 8, 9 nah sekarang ini 2,18,” bebernya.
Sementara itu di Pulau Jawa angka kelahiran sudah menurun hingga 2,0. Sedangkan di sejumlah provinsi lainnya masih ada yang memiliki angka kelahiran sangat tinggi di antaranya NTT, Papua, Papua Barat, dan Maluku.
“Di Jawa ini sudah 2,0 sekian ya, tadi di Jabar sudah 2,00 sekian, di Jawa Tengah 2,04, di DIY 1,9, di DKI juga 1,89.”
“Jadi ya pembangunan yang sifatnya asimetris harus disikapi. Ada wilayah lain yang seperti NTT, Papua, anaknya masih banyak. Tapi di daerah Jawa ini kan tadi rendah sekali,” ungkapnya.
Guna mencegah kesenjangan angka kelahiran tersebut, BKKBN akan mendorong kebijakan sesuai dengan kebutuhan setiap daerah.
Sumber : Kompas.com