Alo Batkormbawa : Tidak Memakai Akal Sehat Merupakan Pelanggaran Terhadap Kode Etik Jurnalistik, Dan Diragukan Cendrung Fitnah

by
by

SAUMLAKI,N25NEWS.id-Hampir sebagian besar media online di Tanimbar, menulis, mempublikasi dengan judul berbeda-beda keterkaitan dengan perlakuan kurang baik yang dilakukan oleh dirinya, sebagai Kepala Dinas (Kadis) Perikanan terhadap dua oknum wartawan yang mendatangi dirinya guna konfirmasi tentang nelayan Andong.

Hal ini disampaikan Kadis Perikanan Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT),Alo Batkrombawa kepada N25NEWS,di Saumlaki,Kamis (27/6/2024).

“Terkait dengan insiden tersebut,saya telah dilaporkan ke Polres Kepulauan Tanimbar,”akuninya.

Ditambahkannya,selaku warga negara yang taat hukum,dirinya siap jika dipanggil Polisi, dan siap memberikan keterangan.

“Terkait dengan insiden yang saya lakukan, sebagai seorang Kadis, saya siap bertanggung jawab, dan tidak sedikitpun mengabaikan jika akan dipanggil polisi,”tegasnya.

“Olehnya,ekan-rekan media yang lain, tidak sempat untuk saya menyebutkan disini,namun pasti mengetahui bahwa saya tidak alergi dengan wartawan.Itu terlihat, jika dari rekan-rekan wartawan yang datang,saya selalu respon dan mempersilahkan masuk ruangan saya sambil melakukan tugas yang diemban,”jelasnya.

Konfirmasi dan klarifikasi berjalan dengan alot dan baik, namun untuk hari tepat pada kejadian tersebut, nuansa dari salah satu rekan media, dalam konfirmasi agak sedikit beda dari rekan-rekan lainnya, hal itu terlihat dari intonasi, nada yang diucapkan.”Nilai saya kurang tepat, dan seakan menjastifikasi bahwa saya adalah pelaku, aktor beck-up terkait Andon,”paparnya.

Olehnya,orang nomor satu di Dinas Perikanan KKT ini mengajak rekan-rekan media,mari bersama menyikapi hal tersebut.

“Mari kita belajar bersama lagi, tentang Undang-Undang Pers, sebagai dasar kerja wartawan, juga Kode Etik Jurnalistik (KEJ), yang wajib digunakan dalam setiap kerja para pemburu berita ini,”ajaknya.

Selain itu,dengan nada kesal, Alo menuturkan, dengan tidak menyebut semua rekan-rekan wartawan terkhusus di Tanimbar, namun tidak keliru ia katakan, yang dia lihat dalam menjalankan tugas sebagai wartawan, tetap harus mengacu kepada common sense atau akal sehat, apabila ada berita yang berada diluar akal sehat, harus dilakukan pengecekan berkali-kali sampai terbukti apakah berita itu benar atau tidak.

Prinsip yang harus dipakai dalam ini adalah, pertama-tama, wartawan harus lebih dahulu bersikap skeptis atau cenderung tidak percaya terhadap berita yang tidak masuk akal, hingga terbukti sebaliknya bahwa berita itu benar adanya.

“Olehnya,saya hanya mengingatkan, berkaitan dengan yang menjadi materi dalam konfirmasi tersebut, tidak mengecek lebih dahulu dari mana asal usul sember informasi itu,”katanya.

Ketika dimintai konfirmasi, dari mana sumber-sumber yang mempunyai data yang keliru, sehingga ternyata sumber berita tersebut imajiner alias tidak jelas.

“Sehingga timbul adanya dugaan menjastifikasi seolah saya adalah otak dibalik andon, padahal yang saya tau menurut Kode Etik Jurnalistik, apabila pers mengetahui bahwa berita yang disiarkan keliru, maka harus segera meralatnya, sambil mengajak rekan-rekan media, untuk bersama belajar lagi,”ungkapnya.

Dia juga menyinggung, dengan kemajuan perkembangan teknologi informasi juga sering menggoda wartawan untuk memakai narasumber yang belum jelas dan masih memerlukan pengecekan akan suatu kebenaran informasi tersebut.Tanpa pengecekan lebih lanjut, informasi yang sumbernya tidak jelas.

“Karena itu,menurut saya hal ini dapat menyebabkan wartawan melanggar Kode Etik,”keluh Alo.

“Jadi saya hanya bisa berharap mari kita sama-sama belajar terkait apa yang dimaksud dengan common sense), saya pikir ini penting bagi saya, juga kepada rekan-rekan wartawan,”ujarnya.

Terkait laporan ke Polisi,dirinya siap,dan mungkin setelah itu,ia akan melakukan upaya hukum balik terkait dengan pertanyaan yang seakan-akan menjastifikasi dirinya sebagai otak dari hal yang lagi viral.

“Untuk itu,saya sudah menyiapkan juga apa yang harus saya tindak lanjuti, terkait Kode Etik Jurnalistik, mungkin dalam permasalahan tersebut, terhadap oknum, pungkasnya mengakhiri.

Editor : Aris Wuarbanaran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *